Wedding Preparation

Cerita Menuju Lamaran Mirna

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarrakatu

Alhamdulillahirabbil’alamin segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Dia yang menciptakan manusia sebagai mahluk sempurna yang memiliki hati dan fikiran, Dia pula lah yang membolak balikkan hati manusia. Dia pula yang menanamkan benih cinta dalam manusia yang telah diatur berpasang-pasangan untuk saling melengkapi dan menenangkan hati. Akan sangat membahagiakan bagi pasangan yang tela bernaung dalam payung rumah tangga yang Rahmatan lil’alamin… untuk menuju ke gerbang pernikahan tentunya ada satu langkah permulaan yang biasa disebut Lamaran.

Lamaran atau khitbah dalam bahasa Arab, merupakan pintu gerbang menuju pernikahan. Khitbah menurut bahasa, adat dan syara, bukanlah perkawinan. Ia hanya merupakan mukaddimah (pendahuluan) bagi perkawinan dan pengantar kesana. Khitbah merupakan proses  permohonan laki-laki terhadap wanita untuk dijadikan bakal/calon istri. Khitbah itu sendiri masih harus dijawab “ya” atau “tidak” . Bila telah dijawab “ya”, maka jadilah wanita tersebut sebagai ‘makhthubah’, atau wanita yang telah resmi dilamar. Secara hukum dia tidak diperkenankan untuk menerima lamaran dari orang lain

Lamaran memang bukan syarat syah dalam sebuah pernikahan, boleh saja menikah tanpa perlu melalui tahap lamaran asal ada restu dari orang tua ataupun wali dari calon pengantin perempuan. Ada banyak pembahasan mengenai hal ini, namun aku hanya ingin mengambil positifnya bahwa di tahap lamaran ini merupakan tahap pemantapan diri untuk dipininang dan meminang sekaligus perkenalan antar keluarga.

Sebenarnya pada prosesnya sendiri yang telah aku alami, ada beberapa tahap untuk menuju proses lamaran, terutama untukku yang diwakilkan wali yaitu om dalam urusan menerima atau menolak pinangan ini. Sebelum mengadakan acara lamaran secara formal, Caim meminta izin terlebih dahulu kepada bunda lalu kepada waliku. Seperti yang kutulis sebelumnya, Ya kita adalah pasangan termuda di keluarga yang akan menikah sehingga untuk tahap perizinan harus dibicarakan beberapa kali, butuh pendekatan beberapa kali pula terutama untuk waliku yang sudah kuanggap seperti ayah kandungku sendiri.

Dan izin pun didapat sekitar pertengahan Mei kemarin… Alhamdulillah niat baik ini bisa terlaksana. Aku dan dia langsung membuat rencana pernikahan sekaligus  kebutuhan untuk acara lamaran. Apa yang bisa dibeli ya dibeli dulu… Gak runut sih sebisanya aja, kalo ada waktunya. Kemudian terhalang bulan puasa. Dibulan puasa masih sempet beli cincin sebagai pengikat lamaran namun kami sepakat hanya aku saja yang memakainya, sedangkan dia akan memakai cincin saat nanti menikah. Kami membeli cincin di Toko Mas Mira pasar sunan giri jakarta Timur. Karena ukuran jariku yang kecil banget jadi bukan menyesuaikan bentuk tapi ukuran. kami sengaja membeli yang usdah tersedia agar budgetnya tidak terlalu mahal. Harga per gram mas putih 400rb dan ongkos grafir nama 20rb.

Sehabis lebaran kami baru konfirmasi bagaimana pelaksanaan acara lamaran, karena kami juga tidak tahu itu bagaimana dan karena tempatnya dirumah omku selaku wali jadilah kami berdiskusi. Rencana awal yang ingin masak sendiri tetiba berubah menjadi catering, rencana awal yang ingin memakai gamis tetiba berubah menjadi kebaya, rencana awal yang inginnya keluarga inti tetiba berubah dengan mengundang beberapa kerabat lain yang tinggal di jabodetabek. Karena beberapa alasan.

H-2 minggu barulah kami mencari vendor-vendor untuk itu, awalnya tanteku yang akan mencarikan catering namun sampe 3 hari setela kesepakatan menggunakan vendor ternyata tanteku belum ketemu catering yang pas untuk quantity sedikit namun full service karena SDM nya emang kurang. Untungnya kemarin temen kerja yang rumahnya deket situ ada yang menikah, langsunglah minta tolong. Awalnya memang enggak boleh kalau cuma pesan 50pcs tapi full service namun dengan beberapa kali diskusi akhirnya diperbolehkan.

Pesan kue, beli kebaya, dan lain-lainnya baru dilakukan pas H-1 minggu. Untung pesan kue ke temen sendiri, dan pesan kue untuk seserahan aku pasrahkan semuanya ke Cami. Cuma ada pesan dari eyang utiku kalo bisa kuenya berbahan ketan biar lengket biar pernikahannya lengket gitu hehhe… Ya gitulah… sama pisangnya harus pisan raja setandan. Wow… hhehehe.

Karena acaranya sebentar lagi, aku dan omku pun mulai mengundang satu per satu keluarga yang berada di jabodetabek yang bisa hadir, tapi keluarga di surabaya juga tetap dihubungi. Iseng-iseng aku membuat undangn online yang nantinya akan mudah disebarkan melalui whatsapp

Pas beli kebaya aku sudah pilih-pilih, beli kerudungnya pula yang udah ada manik-maniknya padahal itu bukan gaya kerudungan aku tapi ya namanya juga moment spesial. Agak kegedean sedikit sih tapi bisa lah dikecilin sendiri. sembari berjalan sembari bayar-bayar catering dan kue. H-2 acara , aku iseng upload foto pakai kebaya yang udah dikecilin di penjahit sebelah untuk di jadiin DP BBM, nah disitulah muncul komentar, terutama GAMA, Mba Tutik de el el…

Pas ditoilet temenku juga komentar, “Beneran mir kamu mau pake kebaya itu buat lamaran?” aku jawab iya, langsung dia ngomong itu jadul banget apalagi gak pake “jarit” tapi rok batik gitu. Terus dia ngomong “Itu kan model kebaya jaman dulu, tau gitu gak usah beli mir pake punya ibu kamu dulu masa’ gak punya, kurang pas aku liatnya jadul banget gimana gitu” Tetiba saat itu juga aku langsung telfon bunda buat bawa kebaya bunda pas nikahan dulu yang emang suka aku pake kalo ada acara kartinian, ada 2 yaitu pink dan hijau. Biasanya aku pakai yang pink secara badanku agak gendut sedangkan yang hijau dulu gak pernah cukup tapi tetep aku minta bawa.

H-1 pagi-pagi diingetin masalah rias, tetiba aku jadi inget. Kalaupun pengen rias sendiri aku kan gak punya perlengakapannya. Ada beberapa sih tapi cuma pada mau habis. So aku minta tolong ke calon istri kakakku buat rias aku saat lamaran, untungnya doi emang MUA (make up artis). Siangnya aku sengaja pulang ke rumah untuk melihat kebayaku yang dibawa bunda. karena beliau juga baru saja sampai jakarta. Untungnya pas kebaya yang hijau, cuma masalahnya aku engga punya kerudung warna itu. jadilah aku ditemeni Mba nining, temen yang ngasih ide untuk pakai kebaya bundaku itu langsung meluncur ke  pasar perumnas klender jakarta timur. Alhamdulillah persiapanku untuk acara tersebut sudah terpenuhi.  Tinggal nyiapin hari H nya…. yang ternyata…..

next post yah “Lamaran Sederhana Nan Bahagia”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *