Tidak ada pernikahan sempurna
Tidak ada pasangan sempurna
Yang jelas memang tidak ada yang sempurna di dunia
Kamu dan dia adalah orang dengan pemikiran yang berbeda, perasaan yang tak sama, dan kebiasaan yang kadang bertolak belakang. Lalu kamu harus tinggal bersama dengannya dalam tempo yang lama, bahkan seumur hidupmu. dibawah naungan ikatan pernikahan, lantas apa yang akan kamu lakukan?
Sementara gejolak jiwa mudamu seringkali mengitari hati yang terus berontak akan kebebasan. Melakukan apa pun yang kamu mau tanpa harus pedulikan lainnya. Bersenang-senang, berhura-hura menikmati euphoria dunia mudamu yang selalu letupkan asa untuk terus berpetualang menemukan hal yang baru.
Tak jarang letupan emosi juga singgahi hati mu yang mudah sekali dirundung rasa galau khas anak muda. Bully media sosial, lingkaran pertemanan yang kadang keliru, luapan emosi klasik tentang cinta yang membuat hatimu pilu.
Ketika semuanya itu kamu rasakan namun dalam ikatan? apa yang akan kamu lakukan?
Well, bahagia sekali melepas status horor “jomblo” yang seolah sangat viral dijadikan tema tulisan anak muda zaman sekarang. Tanpa galau akan kepastian “gebetan”, tanpa harus bertengkar jikalau si dia tak kunjung datang. Atau begadang demi telfonan berjam-jam di waktu malam pakai pulsa bonusan.
Aku tak perlu. Karena aku sudah menikah.
Yup menikah dengan seseorang yang aku cintai baik itu kekurang dan kelebihan. Bisa dibilang kami menikah atas dasar kesepakatan. Tak ada kata manis nan romantis ala “Katakan Cinta” atau “Melamar” saat memutuskan untuk menikah. Semuanya berjalan begitu saja, sempat terhambat restu karena dianggap masih terlalu muda, namun toh akhirnya kami menikah.
Yey… aku bahagia.
Tapi….. Yup terlalu muda… polemik khas anak muda sering membumbui biduk pernikahan pasangan muda.. Seperti yang sudah kusebutkan diatas mengenai gejolak jiwa yang sering susah terbendung atau kegalauan ala anak muda yang kadang muncul.
Semua terjadi seperti kejutan saat membuka kotak pandora… beraneka macam warna dan rupa.. ada suka, bangga, bahagia, sedih, kecewa, marah, dan lainnya.
Bahagia, lantaran gejolak muda kami menemukan petualangan baru saat mendapat kesempatan family gathering ke Malaysia. Coba kalau kami belum menikah, cuma suami saja yang berangkat menikmati rapihnya kota Kuala Lumpur. sedangkan aku tidak.
Bangga, pasca menikah justru kegilaan kami terpenuhi seperti dia yang banyak job membuat animasi, training, dan mainan barunya 3 D printing. Dan aku dengan blog yang sepertinya lebih baik setelah menjadi dot com. Kami mendukung kegilaan satu sama lain.
Kecewa, Kadang apa yang aku harap kepada dia malah tidak aku dapatkan ataupun sebaliknya. Ke egoisan sebagai anak tunggal versus egonya anak lelaki yang sering mengambil keputusan di keluarganya. Sering menimbulkan keributan kecil yang memberikan rasa kecewa.
Sedih, kita masih semangat semangatnya berkarya dengan kegilaan ini semua tetap saja, setelah menikah banyak yang bertanya “Sudah hamil belum?” yang nyatanya sampai sekarang jawabannya belum. Untungnya kami merasakan galau bergiliran. Ketikku merasa sedih, suami menguatkan. Ketika suami baper, aku mendukungnya.
Tapi “rumah tangga bak pohon yang bertumbuh. Makin banyak cabang makin banyak yang harus di rawat, disiram, diberi pupuk, dan memotong cabang yang jelek. Agar pohon memiliki akar yang kuat dan menghasilkan buah yang bagus “
Yay, beginilah nikah diusia muda, penuh histeria dan cerita khas anak muda dalam biduk rumah tangga.
Aku dan Dia tidak ada yang sama dan sempurna…Apalagi dengan gejolak jiwa muda.. Jadi yang harus dilakukan adalah saling melengkapi untuk menyempurnakan lalu mendewasa bersama hingga tua nantinya ^_^
Tulisan ini aku buat memperingati setengah tahun menjadi istri hihihi…. ga terasa sama sekali… sebenernya sih udah telat 4 hari tapi tak apalah…