Opinion

Kota Yang Tak Pernah Tidur Bernama Jakarta

Dini hari itu aku baru saja sampai di stasiun Pasar Senen sehabis mudik dari kampung halaman suami di Banyumas. Seperti aku bergegas keluar peron untuk mengambil sepeda motor yang dititipkan di Masjid depan stasiun, awalnya suami menyuruhku untuk menunggu di Circle K stasiun namun melihat kondisi yang sepi dan tidak ada kursi seperti biasanya maka suami mengajakku untuk ikut mengambil motor biar sekalian pulang.

Bukan pemandangan yang asing memang jika banyak orang yang tertidur pulas di pinggir-pinggir toko dalam stasiun namun yang menggelitik adalah suasana saat aku keluar stasiun. Mas Angga yang kebetulan ikut rombonganku balik ke Jakarta dari Banyumas dengan mudahnya mendapat Gojek kala itu, padahal waktu menunjukkan pukul 1 pagi. Pas aku benar-benar berada du luar, aku makin tersadar bahwa  banyak sekali pengemudi ojek online yang berbaris rapi sembari menunduk berharap mendapat penumpang. Terdengar juga keluhan salah satu pengemudi “Ah, dapat daerah Jakarta Selatan lagi, bisa-bisa gak pulang sampai pagi !”.

Semakin aku berjalan menuju Masjid tempat penitipan motor, aku memperhatikan sekelilingku yang sibuk beraktifitas. Ada Pedagang nasi goreng yang sibuk menyajikan makanan ke pelanggan, seingatku ada 3 pedagang nasi goreng yang memiliki 2-4 pelanggan yang aku lewati. Setelah menyeberang, artinya aku sudah di depan pasar sayur Senen, aku melewati tengkulak sayur yang sedang bertransaksi dengan pedagang, ada juga juragan daging yang sedang memilah-milah jeroan.

Lalu aku bertemu lagi dengan pedagang nasi goreng, namun sedikit yang kurang sedap lantaran si pedagang tidak mau memberikan nasi goreng yang sudah siap santap itu ke bapak-bapak tua pembelinya karena uang bapak hanya 10 ribu padahal harga seharusnya 17 ribu. Si bapak meminta untuk dikurangi saja jatahnya biar sesuai uang yang dia punya tapi tetap saja pedagang itu menarik piringnya dari si bapak dan mengembalikan uang yang sudah diberikan. Nyut banget rasanya !

Si bapak tadi ternyata berjalan ke depan Masjid yang sama denganku lalu berhenti di warung mungil yang memang berada disitu  dan menyeruput segelas susu hangat. Aku berfikir, untunglah beliau setidaknya sudah mendapat asupan minuman. Ingin sekali aku membantu tapi kala itu aku tidak memiliki uang cash dan suami juga sudah bersin berkali-kali jadi tidak bisa mengambil dulu ke ATM. Pas keluar dari penitipan sepeda motor aku melihat si bapak itu memaksa untuk dibuatkan 2 mi instan, tapi si penjual berkata kalau uangnya hanya cukup untuk membayar segelas susu dan 1 mi instan saja tapi bapak itu kekeuh ingin dibuatkan 2 mi.

Aku hanya bisa melihat dan membatin, kalau dilihat dari penampilannya yang memakai baju dan celana bersih serta perawakan yang tinggi dan bersih pula, aku agak curiga dia minta dikasihani atau bagaimana soalnya memang di Jakarta ini susah membedakan orang susah dan tidak. Lalu aku berfikir, dimana anak-anaknya, apakah sudah melupakan orang tuanya hingga dini hari di luar dan lainnya. Awalnya kasihan namun saat dia lagi-lagi memaksa aku berfikir berbeda.

Lepas dari itu, aku melanjutkan perjalanan ke rumah. Melewati daerah Galur lalu Cempaka Mas yang ternyata banyak juga yang sedang beraktifitas. Aku gak heran kalau kawasan Senen itu ramai soalnya memang ada pasar dan stasiun yang terus bergeliat sepanjang waktu, tapi ini daerah lain, rumah makan penyetan yang siang dan sore sudah bikin macet di daerah Cempaka Mas pun nyatanya masih buka. Lalu dilanjutkan ke arah perempatan Pulo Mas, saat di lampu merah ternyata aku masih menemui kendaraan yang berlalu lalang, Bus Damri, bahkan ada Ojek Online dari arah berlawanan tanpa penumpang yang juga ikut menunggu si lampu hijau.

Bergerak lagi ke arah Pulo Gadung malah agak tersendat soalnya ada perbaikan jalan yang masih proses pembongakaran dengan pekerja yang kemungkinan sekitar 20 – 30 orang. Lewati arah Pola Gadung hingga jalan belokan rumah yang masih di jaga polisi gopek itu juga masih ramai. AKhirnya aku bertanya pada suami, “Mas Jakarta kayaknya gak pernah tidur ya?”, suami pun menjawab “Beberapa wilayah iya, tapi gak juga sih”, Namun tetap aku merasa heran karena banyak aktifitas yang dilakukan layaknya kegiatan siang yang tersebar di Jakarta dan sepertinya itu  memasng biasa saja. Ah, aku memang kurang pengalaman meskin sudah 6 tahun lebih tinggal di ibukota.

Gak berasa lebaran kali ini akan menjadi lebaran ke 7 ku di Jakarta. Dulu, aku merasa tidak memiliki kota ini apalagi berfikir untuk menentap. Tapi apa mau dikata, pertemuaku dengan suami di terminal Pulo Gadung itu berlanjut bekerja, menikah, dan tinggal di Jakarta. Kota bagiku yang gak pernah tidur. Aku yang baru saja pulang dari Banyumas tiba-tiba tersadar bahwa ibukota Indonesia ini gak pernah benar-benar tertidur lelap. Beda sekali dengan kota lain yang pernah ku kunjungi,misal Palu yang sudah mulai sepi menjelang jam 9. Untuk pertama kalinya menginjak Jakarta jam 1 dini hari itu yang menyadarkanku.

Esok kota ini akan mengadakan pesta demokrasi yaitu pemilihan Gubernur yang baru. Sudah santer terdengar bahkan seantero Indonesia yang turut meramaikan polemik yang membumbui pemilihan DKI 1. Banyak kejadian tidak menyenangkan, adu domba, saling fitnah, menghina agama, memecah belah persatuan dan menyakiti hati banyak orang. Banyak silaturahmi lenyap karena berbeda pilihan. Hatiku kelu melihat semua terutama di sosial media. Aku hanya bisa berdoa semoa semua berakhir indah, lebih berfikir dewasa dan lebih mengingat apa tujuan hidup sebenarnya. Hidup untuk mati, mati untuk hidup di akhirat nanti. Akan ada masa dimana seluruh anggota tubuh manusia dimintai pertanggung jawaban, coba direnungkan dalam menentukan pilihan.

Semua gamblang, tergantung mata hati kita terbuka atau tidak? yang tertulis jelas jangan maka sebaiknya jangan dilakukan, kecuali masih memiliki khilaf yang itu pun harus dicari tahu kebenarannya.

Maka esok Jakarta akan lebih sibuk, meski libur tapi aku merasa ibukota akan tidak tidur seharian.

Salam manis dariku,

Yang sedang dibuai hujan lebat

Dan ditemani segelas taro latte hangat

Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarrakatu

Leave a Reply

%d bloggers like this: