Assalamualaikum semua, apa kabar? Aku merupakan ibu yang melahirkan generasi Z, generasi setelah milenial yang kehidupannya tidak dapat lepas dari teknologi digital terutama internet. Pasalnya untuk anak sekecil Nurani saja sudah paham ketika dia sedang dimbil foto atau video untuk dimasukkan sebagai “insta story” dengan gawai. Memang anak usia balita itu seperti kaset, semua hal dia rekam dengan baik dan mencobanya. Makanya saat dia melihat orang di sekelilingnya sering menyentuh dan memainkan gawai, hal itu membuatnya penasaran, sehingga ketika lengah dia bisa mengambilnya. Tapi bagi anak seusia Nurani yang masih 8 bulan sih belum terlalu paham ya kegunaan gawai itu untuk apa, paling dia pegang, diperhatikan dengan membolak-baliknya, dan yang sering dilakukan setelahnya yaitu melempar atau memukul-mukulkan gawai ke lantai atau tembok.
Lalu sebagai orang tua bekerja yang tak jarang membawa pekerjaan ke rumah, bahkan meja kerja suami berada di dalam kamar tidur, membuat Nurani sering melihat aktivitas orang tuanya bekerja menggunakan laptop. Sama halnya dengan gawai, ketika lengah dia bisa memencet tombol di laptop sambil berusaha berdiri. Dia merekam dengan baik apa yang kami lakukan, sampai membuka dan menutup laptop pun dia bisa. Oleh karena itu, sebagai orang tua, aku dan suami serta keluarga yang lain sangat sadar bahwa zaman telah berubah, teknologi begitu dekat dengan anak, kami tidak bisa melarang namun yang perlu dilakukan adalah memperkenalkan dengan baik serta mengatur pola asuh yang sesuai untuknya. Toh nanti di masa depan dia akan menemui hal-hal yang lebih canggih lagi jadi kami perlu mempersiapkan hal itu.
Fenomena dan Tantangan Mendidik Anak di Era Kekinian
Kalau dulu anak bermain dengan leluasa di lapangan seperti petak umpet, masak-masakan, boneka dan aktifitas bermain fisik di luar rumah, namun saat ini sudah bukan zamannya. Dari statistik di atas ada sebagian anak yang sudah menghabiskan waktunya untuk menggunakan internet. Bagiku itu angka yang lumayan ya, mengingat zamanku dulu saat usia segitu kebetulan memang sudah memiliki handphone namun belum menggunakan internet, karena perlunya cuma untuk telfon minta jemput saat pulang sekolah.
Bisa dilihat saat ini banyak anak yang masih usia dini sudah memiliki smartphone sendiri. Hal ini pun memunculkan fenomena lain dimana anak yang dulu kalau ditanya cita-cita seringkali menjawab ingin menjadi dokter, guru, polisi dan lainnya, namun seiring bergesernya perilaku anak membuatnya memiliki minat yang berbeda, sesuai tokoh yang sering mereka lihat di dunia maya seperti youtuber atau vlogger, blogger, influencer, gamers bahkan kemarin sempat heboh Tik Toker.
Namun seiring banyaknya pengguna internet usia anak-anak tentu tantangan dalam mendidiknya pun berubah. Jika dulu anak susah belajar karena kebanyakan main layang-layang misalnya namun saat ini bisa jauh lebih sulit dari itu. Tantangan mendidik anak di era digital meliputi :
Kecanduan Menggunakan Gawai
Ketika anak sudah pernah menggunakan gawai dan merasa apa yang dilakukan dengan perangkat tersebut menyenangkan secara perlahan dia akan betah menggunakannya. Meski awalnya hanya sekedar melihat foto, beranjak menonton video, lalu mulai bermain games dan ikut berselancar di dunia maya, pelan tapi pasti kalau tidak dibatasi bisa membuatnya kecanduan. Kalau sudah begini sulit untuk menyuruh dia melakukan sesuatu bahkan sekedar makan. Ada saja alasan dan batahan ketika orang tua ingin menghentikan aktivitasnya menggunakan gawai.
Akan lebih parah ketika anak sudah dipercaya memiliki gawai sendiri, sehingga dia dengan leluasa menggunakannya. Hal ini akan menyulitkan kedua belah pihak, baik anak maupun orang tua. Sudah banyak contoh kasus anak ketagihan gawai hingga melakukan sesuatu yang diluar nalar. Mungkin awalnya tidak menghiraukan orang tua, lama-lama dia bisa membantah hingga melawan secara tindakan kepada orang tua. Ngeri kalau sudah begini
Mengakses Situs Terlarang
Pemanfaat internet oleh anak-anak memang harus diawasi dengan seksama, ketika orang tua lengah atau belum memiliki langkah pencegahan yang pas maka anak bisa saja mengakses situs-situs terlarang yang memiliki konten pornografi yang dengan cepat bisa merusak otaknya. Menurut dr Donald Hilton Jr sebagai dokter ahli bedah otak dari Amerika Serikat, pornografi sesungguhnya merupakan penyakit karena dapat mengubah struktur dan fungsi otak, atau dengan kata lain mampu merusak otak. Bagian yang paling rusak adalah prefrontal cortex (PFC) yang membuat anak tidak bisa membuat perencanaan, mengendalikan hawa nafsu dan emosi, serta mengambil keputusan dan berbagai peran eksekutif otak sebagai pengendali impuls-impuls.
Selain itu, situs dengan konten sadisme dan judi online juga merupakan situs yang jangan sampai diakses anak. Karena memiliki dampak yang juga berbahaya meski tidak separah pornografi. Penggunaan internet bagi anak memang menjadi tantang yang harus disikapi oleh orang tua dengan baik, agar apa yang anak baca dan lihat tidak menyimpang dari norma dan agama.
Mengidolakan Tokoh yang Salah
Nah di era kekinian bukan hanya artis yang menjadi perhatian oleh anak-anak, dengan adanya media sosial maka membuat orang-orang memiliki tempat untuk berbagi dan diperhatikan. Hal ini membuat beberapa orang menjadi tokoh yang diikuti dan tak jarang menjadi idola bagi pengikutnya. Anak-anak seusia dibawah 10 tahun atau belasan tahun kadang belum memiliki pemikiran untuk membedakan mana yang benar dan salah, dia masih mencari jati diri yang kadang dicari melalui dunia maya. Tokoh idola yang salah bisa memiliki dampak buruk bagi anak karena dia ikut mencontoh apa yang disukai dan dilakukan oleh idonya. Orang tua harus memperhatikan jika ada perilaku yang menyimpang dari anak, takutnya itu berasal dari tingkah laku idola anak yang salah.
Berkata Kasar di Sosial Media
Bullying atau perundungan serta ujaran kebencian di sosial media membawa dampak yang berbahaya jika tidak sengaja dibaca oleh anak. Dia akan menganggap bahwa sudah lumrah berkata kasar, jorok, dan menghina orang lain sehingga dia bisa melakukannya di sosial media. Itu berlaku jika anak berubah menjadi pelaku. Berbeda jika anak menjadi korban perkataan kasar oleh orang lain, hal ini akan menjatuhkan mentalnya dan mempermainkan emosinya yang masih labil.
Sinergi dan Pelibatan Keluarga adalah Solusi Pendidikan di Era Kekinian
Keluarga memiliki peran yang sangat penting bagi pendidikan anak karena keluarga bagikan sekolah pertama yang mengajarkan nilai-nilai akhlak dan moral serta kebiasaan baik yang dilakukan oleh anak. Keluarga merupakan satu kesatuan yang tidak hanya orang tua melainkan kakek nenek serta saudara lain yang sering berinteraksi dengan anak. Untuk itu sinergi antara satu sama lain penting bagi terbentuknya karakter anak. Dimana semua harus kompak dalam hal mengajarkan sesuatu dan melarang perbuatan yang tidak sesuai, kelonggaran yang terlalu diberikan pada anak dampak dari ketidak kompakan keluarga bisa menjadi pemicu anak melanggar. Untuk itu semua harus terlibat dalam mendidik anak mulai dari lingkungan rumah hingga nanti di sekolah. Selain itu ada beberapa hal lain yang bisa keluarga lakukan dalam mendidik anak di era kekinian yang erat kaitannya dengan teknologi informasi serta penggunaan gawai pada anak.
-
Upgrade Ilmu Kakek Nenek Mengenai Dunia Digital
Bagi sebagian besar orang tua saat ini merupakan pasangan bekerja dimana ada masa anak ditinggal di rumah, bisa dengan pengasuh atau dengan nenek kakeknya. Meski beda generasi namun mereka yang mendampingi anak, maka mereka harus meng upgrade dengan teknologi infomasi saat ini yang sudah serba digital. Dengan begitu kakek dan nenek bisa mengerti serta mendapingi cucunya dalam pemanfaatan teknologi digital.
-
Ajak Anak Mencari Ilmu Melalui Buku
Pada dasarnya teknologi informasi diciptakan untuk menyebarkan ilmu serta informasi yang manfaat secara luas. Namun perlu diketaui bahwa sumber pengetahuan itu terletak pada buku. Lagi pula jika terlalu lama membaca dengan gawai atau laptop tidak baik untuk kesehatan mata. Sehingga mengajak anak untuk membaca buku menjadi solusi untuk menyalurkan rasa ingin tahunya.
-
Pendampingan Selama Menggunakan Gawai
Membuat pertauran terutama durasi untuk menggunakan gawai itu penting namun pendampingan lebih utama dimana sebagai orang tua kita tahu betul aktifitas apa saja yang dilakukan oleh anak dengan gawai. Jangan sampai orang tua ketinggalan jejak digitala atu aktifitas anak di dunia maya sehingga tidak bisa mengontrolnya. Mungkin jika sudah berumur belasan bisa lebih longgar tinggal diberikan rasa tanggung jawab, namun tetap mendampingi.
-
Perbanyak Aktifitas Bermain Sekaligus Bersosialisasi
Pada dasarnya anak memiliki keinginan untuk bahagia, salah satunya dengan bermain. Luangkan waktu untuk bermain bersama. Sembari bermain kenalkan dia pada lingkungan sekitar yang lebih nyata. Ajak dia ke taman bermain sehingga bisa berinteraksi dengan anak lain, dengan begitu kita bisa menanamkan rasa toleransi dan berbagi sekaligus. Hal ini untuk mencegah anak anti sosial, dimana kecenderungan anak kekinian yang sibuk dengan gawai tapi lupa dengan teman yang ada dihadapannya. Dengan begitu saat dia terjun ke masayarakat nantinya, dia tidak gagap jika berinteraksi langsung.
-
Perkuat Nilai Moral dan Agama
Bagian terpenting adalah penanaman akhlak dan moral serta agama yang memang harus sedini mungkin diberikan pada anak, sehingga dia tahu mana hal yang benar dan salah. Meski anak masih suka beralih-alih namun dengan pembekalan diawal yang dilakukan secara terus menerus itu bisa membuatnya tetap pada norma dan nilai yang sesuai.
Nah mungkin itu yang bisa aku lakukan untuk menyiapkan pendidikan anak di era kekinian dimana arus teknologi informasi terus berkembang. Membuat peraturan dan membatasi penggunaan memang perlu dilakukan, apalagi untuk anak usia dini yaitu dibawah 12 tahun. Namun dengan mengenalkan teknologi dengan benar, mengarahkannya untuk memanfaatkan gawai yang lebih sesuai, membuat anak lebih melek teknologi tepat guna. Seperti yang sudah kutulis bahwa fenomena bergesernya impian anak untuk bisa eksis dan memiliki ide membuat sesuatu melalui dunia maya bisa jadi membawa hal yang positif bagi anak serti tidak mungkin bisa membawa perubahan baik untuk lingkungan. Pelibatan keluarga sangat penting dimasa-masa ini.
Semoga anak-anak kita terhindar dari dampak buruk kemajuan teknologi masa kini. Peran aktif kita sebagai #sahabatkeluarga yang mendapingi anak-anak meraih impiannya mampu membuat masa depan bangsa ini lebih maju dan inovatif.
Wassalamualaikum.
Referensi
https://lifestyle.kompas.com/read/2012/11/07/09592136/Bagaimana.Pornografi.Merusak.Otak.Anak.
https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?r=tpost/xview&id=4746
https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?r=tpost/xview&id=4758
Infografis : www.teknopreneur.com
Foto : free download dari pexel.com dan unsplash.com