Bagiku, Vaginismus adalah sebuah perjalanan spiritual bukan sekedar polemik seksual.
Yup begitu aku pasrahkan semua ketakukan dan kekhawatiranku kepada Allah, akhirnya aku bisa melewatinya dengan baik. Sebenarnya aku pernah menulis cerita dan pengalamanku mengenai vaginismus di “Serba-serbi hubungan suami istri pasca setahun menikah”. Di judul memang tidak secara gamblang aku tulis tentang Vaginismus yang kualami karena rasanya malu, menulisnya pun jauh setelah aku bisa melewatinya, hal ini karena sedikitnya info yang aku dapat ketika aku menghadapinya, lalu setelah aku tulis di blog ini ternyata banyak email dan DM instagram yang masuk bercerita tentang pengalaman mereka yang sama, untuk itu akhirnya aku menulis ini. Aku berharap bisa berguna bagi pembaca yang sedang mengalaminya saat ini.
Bagiku, cinta yang halal sepasang suami istri itu ternyata tidak seperti kisah cinta yang ada di sinetron ataupun film romance yang kadang terlihat begitu manis, karena didalamnya ada komitmen besar, ada nilai ibadah yang akan diperoleh ketika kita dapat mencurahkan kasih sayang dengan benar kepada pasangan. Bukan main-main apalagi di zaman sekarang yang seolah pacaran itu bukan hal yang menakutkan, tapi bagi beberapa orang yang mungkin saat ini dianggap jadul akan berpegang tegus bahwa apa yang diberikannya pada pasangan halal adalah suatu hal yang sangat berharga.
Masa awal pernikahan nyatanya tidak semua pasangan dapat berjalan dengan lancar, karena pada masa itu semua hal yang mungkin saja waktu perkenalan ditutupi akan terbuka secara gamblang. Pelan tapi pasti semua “tirai” yang ada pada pasangan pun terbuka. Yang harus dilakukan adalah menguatkan diri, berkomunikasi dengan baik, dan tentu saja berdoa. Termasuk aku dan beberapa teman lain yang menghadapi Vaginismu, yaitu ketakutan atau merasa tidak nyaman ketika berhubungan badan. Padahal kalau ditanya, nikahnya terpaksa atau tidak, ya jawabannya tidak, kami menikah karena cinta. Tapi ternyata sulit juga.
Hal yang pertama kali kulakukan setelah aku dan suami mengalami kesulitan itu adalah pergi ke dokter, tepat seminggu setelah menikah kami ke dokter kandungan, temanku tidak menyangka sewaktu kuminta nomor dokter kandungannya, dia mengira aku secepat itu bisa hamil padahal tidak. Aku dan suami menemui dokter Caroline Tirtayasa di RS Omni Pulomas. Reaksi beliau pas pertama kali bertemu kami ya sudah tentu tertawa dong, ya gimana aku sama suami cupu banget kalau diingat waktu itu apalagi usia kami yang dinilai sangat muda oleh dokter Caroline yaitu aku 22 tahun dan suami 23 tahun, hahaha.
Tapi di sesi konsultasi pertama kami dijelaskan tentang anatomi organ reproduksi. Lalu berhasil mir? Engga dong, aku masih menemui dr Kartini di RSI Pondok Kopi dan dr Caroline lagi untuk menuntaskan permasalahan itu, sempat mau transvaginal oleh dr Kartini tapi sangat kutolak, dan ketika dia periksa dalam aku jadi sedikit tidak suka karena bagiku dia sedikt memaksa, bagiku hal itu untuk suamiku. Apalagi dr Caroline tidak pernah begitu saat memeriksaku. Ini anggapanku loh ya.
Namun seiring berjalannya waktu akhirnya ku berhasil dan sharing juga diblog ini. Nah kebetulan beberapa hari yang lalu aku menerima email yang panjang lebar tentang pengalamannya mengalami hal yang sama sepertiku selama 4 bulan (aku sendiri 8 bulan), aku pun mencari tahu tentang Vaginismus kembali dan berniat menulis ulang tentang hal ini.
Sampai akhirnya aku menemukan website yang membahas Vagisnismu secara mendalam terutama Vaginismus yang dialami oleh perempuan Indonesia. Banyak fakta yang bikin aku kaget karena ada yang sampai bertahun tahun (4 tahun lebih tidak berhubungan) karena Vaginismus, ada yang bercerai namun ada pula yang bertahan. Untungnya saat ini sudah ada komunitasnya dan dokter kandungan yang spesialis menangani Vaginismus pun sudah ada yaitu dr Robbi Asri Wicaksono, SpOG. Dari situ aku juga jadi tahu kalau Vaginismus memiliki tingkat level tertentu 1-5 sehingga penanganannya pun berbeda. Yang jelas Vaginismus itu bisa disembuhkan.
Tapi ada yang kurang sreg dilubuk hatiku saat ini, ada terapi yang kalau aku akan menghadapinya ya akan kuhindari. Bukan bermaksud buruk, tapi ini pilihanku sih, sewaktu ada benda asing yang dipakai terapi, aku akan berusaha sebisa mungkin menghindarinya, makanya dulu aku sempat diberi tawaran dengan personal lubricant, obat pereda rasa sakit, dan obat semacam bius lokal untuk menghindari rasa sakit yang selama ini aku takutkan.
So, aku mau berbagi cerita dan tips tentang usahaku melewati masa-masa Vaginismus. Bukan bermaksud menggurui tapi sekedar sharing pengalaman yang pernah aku lalui
- Berdoa
Hal yang utama namun tak jarang terlewat adalah berdoa, ya ketika usaha secara fisik dilakukan melalui konsultasi dokter, hal yang kurasa kurang saat aku dulu berjuang menghilangkan semua ketakutanku adalah berdoa. Sholat tahajut dan hajat untuk mempermudah dan menenangkan hati yang gusar karena satu hal.
- Niatkan Untuk Ibadah
Bagiku menikah merupakan ibadah dengan waktu terlama karena di dalam sebuah pernikahan banyak aktivitas yang bernilai ibadah, misal memasak makanan untuk suami dan anak, mematuhi perintah suami, berhias untuk suami sampai termasuk urusan ranjan yang notabene itu sensitif, apalagi kalau dalam Islam harus berdoa dulu sebelum berhubungan. Jadi bismillah niatkan untuk ibadah
- Ingat Kembali Menikah Karena Cinta
Ini merupakan kutipan percakapan antara aku dan suster yang membantu dr Kartini sewaktu cek di RSI Pondok Kopi. Dia ngingetin aku kalau nikahnya karena cinta seharusnya bisa melakukannya dengan cinta dan kasih sayang. Jadi lakukan dengan cinta, tenang dan ingat kasih sayangnya.
- Komunikasi Baik dengan Pasangan
Ini faktor penting dimana semuanya harus terbuka, apa yang jadi hal tidak nyaman antara satu sama lainnya harus dibicarakan. Saling memberi semangat dan pengertian jangan dipaksakan karena takut nantinya trauma dan malah tidak ingin melakukannya. Bicarakan sebaik mungkin dengan pasangan, saling mendoakan dan menguatkan satu sama lain.
- Senam Kegel
Untuk merileksasi otot V maka lakukan senam kegel dengan mengangkat kedua paha biarkan dia berkontraksi, ini juga membiasakan diri untuk membuka daerah sekitar V supaya tidak tegang. Gerakannya bisa di searching di google ya.
- Konsultasi ke Dokter
Karena ini hal yang gak gampang diutarakan, karena malu dan sebagainya, baiknya dikonsultasikan ke dokter supaya memiliki solusi klinis dengan dasar keilmuan yang dimiliki gak sekedar katanya-katanya.
Nah dari sini pun aku juga menyadari bahwa pentingnya membekali diri dengan sex education yang baik. Perlu digaris bawahi ya.. sex education yang baik dan benar.. bukan yang melihat hanya kesenangan semata tapi juga tentang sisi kesehatan dan keamanan kalau perlu sesuai syariat. Kita harus tahu dan mengenali organ reproduksi manusia. OK !
The last but not least, selamat menggapai mawaddah dari sebuah pernikahan !!!
Wassalamualaikum.