Motherhood, Pregnancy

Cerita Melahirkan Anak Kedua dengan Dokter Yuditiya Purwosunu

Hai-hai apa kabar ? setelah menjalani kehamilan anak kedua yang penuh drama, air mata dan indikasi medis, akhirnya ditutup dengan proses persalinan normal yang super kilat sampai aku gak percaya dan kaget sendiri jadinya. Alhamdulillah telah lahir dengan selamat putri kedua kami, Adinda Fatimah S. Darsono pada 30 Januari 2021 pukul 01.55 dini hari di usia kandungan 39 minggu 1 hari di RS Hermina Bekasi dibantu oleh dr Yuditiya Purwosunu, PhD. Jujur, sangking gak nyangkanya kami bahwa lahiran anak kedua akan terjadi sebelum HPL (Hari Perkiraan Lahir), nama anak pun baru jadi sebulan setelah lahir, itu pun karena aku sudah ditanyain HRD kantor untuk segera dibuatkan kartu asuransi si baby. LOL Jangan ditiru ya! Intinya persalinan kali ini serba cepat dan ekspres.

Cuti Melahirkan

Sebagai ibu bekerja yang terikat di sebuah perusahaan, aku pun mengajukan cuti melahirkan di tanggal 26 Januari 2021 padahal HPL ku 4 Februari 2021. Jika sesuai dengan peraturan perundang-undangan, yang aku lakukan itu menyalahi aturan karena berdasarakan UU ketenagakerjaan pasal 82 no 13 tahun 2003 sudah diatur waktu cuti melahirkan itu dilaksanakan 1,5 bulan sebelum melahirkan hingga 1,5 bulan setelah melahirkan dengan patokan melahirkan berdasarkan HPL yang ditentukan obgyn. Jadi saat kemarin aku mengajukan cuti, aku harus membuat pernyataan mengenai alasan tertundanya cuti melahirkan yang diajukan ke atasan (hingga level direktur) dan HRD supaya tetap sesuai complience.

Untungnya atasanku paham kenapa aku menunda cuti melahirkan, tak lain dan tak bukan karena adanya audit mengingat bulan Januari itu waktunya closing quarterly. Lalu ditambah pertengahan Desember 2020 itu di kantor lagi banyak-banyaknya kasus covid 19 dan 2 member dari timku juga kena, jadi kami saling backup pekerjaan supaya yang sedang menjalani perawatan bisa lebih fokus untuk sembuh. Selain itu aku juga punya alasan pribadi sih, mengingat pengalaman melahirkan anak pertama yang melebihi HPL membuatku merasa terlalu sebentar membersamai si bayi ketika sudah lahir. Oleh karena itu aku menunda cuti hingga kehamilan minggu ke 38. Pertimbanganku juga karena sedang work from home, jadi kalaupun aku capek bisa istirahat sehingga tidak terlalu beresiko untuk tetap bekerja saat hamil tua.

Persiapan Jelang Persalinan Kedua

  • Cek Lab : Seperti yang sudah ku singgung di postingan drama indikasi medis selama kehamilan kedua ini. Menjelang lahiran kondisiku kian membaik dan tidak merasakan hal yang aneh-aneh seperti sebelumnya. Bahkan sangking adem ayemnya sampai aku yang nanya ke dokter kandungan bahwa sudah tidak ada lagi hal yang harus kulakukan tinggal PCR dan tunggu mules, padahal kehamilan sebelumnya aku sempat cek lab sebagai screening akhir dan aku pun cek lab sesuai anjuran dokter tapi tidak semua, hanya ferritin saja berbeda dengan kehamilan sebelumnya. Aku cek lab tanggal 23 Januari dan baru keluar hasilnya 26 Januari 2021.
  • Packing : Seperti layaknya ibu yang mau melahirkan jadi perlu packing untuk keperluan selama di RS. Karena sudah di brief sebelumnya oleh pihak RS Hermina Bekasi bahwa yang menunggu selama perawatan pasca melahirkan hanya boleh 1 orang yang sehat, bukan lansia dan sudah test antigen jadilah aku packing juga baju suami, karena sebelumnya penunggu pasien kelas 2 harus sama-sama perempuan jika pasiennya perempuan tapi karena pandemi, laki-laki juga boleh. Dan karena ini anak kedua aku sudah pengalaman tidak banyak membawa perlengkapan untuk si Bayi karena sudah disediakan RS.
    Barang bawaan melahirkan yang aku packing adalah 3 potong baju untukku, 3 potong baju untuk suami, 1 set baju untuk bayi yang akan dipakai nanti pas pulang dari RS, masker medis untuk 3 hari, surat-surat seperti fotokopi Kartu Keluarga dan KTP suami istri, serta surat pendaftaran melahirkan di RS Hermina Bekasi (PMO) yang sudah ku lakukan sebelumnya dan Kendil untuk tempat membawa plasenta, soalnya sekarang plasenta itu kan macam-macam dirawatnya setelah dilahirkan, ada yang dibuat steamsel, ada yang dikubur biasa dan lain-lain jadi per saat ini RS tidak menyiapkan tempat untuk plasenta.
  • Makin Aktif Bergerak : yang sering ngikutin story aku di instagram pasti hafal banget setiap pagi aku pasti jalan kaki, ini udah aku mulai sejak trimerster kedua dan makin aktif di trimester akhir ditambah olahraga lainnya seperti senam hamil ala ala tapi aku suka ga telaten senam hamil sendirian, udah gerakannya kan pelan terus sendirian karena pandemi kan jadinya streaming di aplikasi jadi kurang semangat, jadi pokoknya aku gerak aja. aku punya target harian yaitu minimal 3000-5000 langkah per hari. Karena semakin aktif bergerak, badan jadi lebih fresh dan enak aja.

Akhirnya Aku Merasakan Kontraksi Alami

Hari itu Jumat 29 Januari 2021. Aktifitasku berjalan seperti biasa, mulai dari pagi jemur cucian dilanjut jalan kaki seperti kebiasaan ku selama hamil kedua ini. Hari itu aku ditemani Nurani dan Eyang Uti. Kalau ditemani uti biasanya aku tidak bisa jalan jauh dan benar aku hanya achieved 1800an langkah dari target 2000-3000 langkah di pagi hari. Namun memang pagi itu sedikit mendung dan gerimis super lembut jadi tidak bisa dipaksa jalan. Setelah jalan pagi, aku pun mandi, mandiin nurani lalu sarapan. Meskipun sudah ambil cuti tapi aku terbiasa cek email dan group WA team kantor, setelah balas dan forward beberapa email aku merasa ngantuk yang luar biasa. Memang jam kritis aku ngantuk tuh sekitar jam 10-11, namun kali itu bener-bener ngantuk parah dan akhirnya aku memutuskan tidur.

Aku bisa merasakan gerakan janinku yang super aktif meski rasa ngantuk juga tidak bisa dihindari, mungkin faktor cuaca yang mendung membuatku ingin tidur. Aku pun terbangun sekitar jam setengah 1 siang karena kegerahan soalnya mendungnya hilang dan cuaca menjadi lebih terik. Disitu aku merasa perutku sedikit kencang namun tidak ada kecurigaan mengenai kontraksi melahirkan. Sore hingga malam berjalan seperti biasa, paling yang berbeda saat itu aku menyiapkan buku berobat Hermina Bekasi mengingat keesokan harinya (30 Jan 2021) aku mau kontrol ke dokter Yuditiya untuk tindak lanjut hasil ferritin yang jelek sekaligus melakukan PCR test sebagai persyaratan melahirkan mengingat HPL yang sudah dekat. Jadi aku siap-siap tidur lebih awal supaya bisa bangun pagi, jam 9 sudah masuk kamar bacain Sirah Nabi ke Nurani sebagai pengantar tidur. Walau setelah tidur aku jadinya main handphone bukannya tidur hehehe.

Sekitar jam 10 malam aku merasakan gerakan janin di perutku yang sangat aktif tapi memang aku merasa biasa saja sih. Aku mulai memakai skincare malam untuk persiapan tidur. Tapi setelah memakai skincare aku merasa mulas jadi aku memutuskan turun ke kamar mandi untuk buang air dan ternyata memang BAB. Namun hingga BAB selesai tidak keluar lagi nyatanya perutku tetap mulas seperti orang ingin buang air aja. Saat keluar dari kamar mandi, aku bertemu bunda, beliau bertanya apa aku lapar, aku bilang engga sih cuma perutku sakit tapi gak laper kok. Lagipula aku sudah lama tidak makan larut malam dan akhirnya aku balik ke kamar atas melanjutkan aktifitasku yaitu rebahan dan nonton drakor Mr. Queen hehehe.

Karena rasa mulas yang makin terasa meski hilang timbul, aku curiga jangan-jangan aku kontraksi sehingga aku pun download aplikasi pencatat kontraksi. Jujur, meski ini kehamilan kedua namun aku tidak pandai membedakan rasa tidak nyaman di perut. Alasannya aku memiliki toleransi rasa sakit yang cukup baik, jadi ketika orang lain hal tersebut sudah terasa sakit maka belum tentu bagiku, bisa jadi aku masih merasa biasa aja (ini juga berlaku pada emosi sedih yang seringkali susah ku miliki, jadi susah nangis). Ples minus sih jadi orang seperti ini karena ketika ada suatu hal buruk terjaid justru aku telat banget menyadarinya. Lalu aku tidak memiliki pengalaman kontraksi di kehamilan pertama, dimana hingga aku melakukan induksi karena sudah melebihi HPL. Jadi antara seneng dan bingung apakah benar aku mengalami kontraksi jelang melahirkan, hihihi

Cerita Melahirkan Anak Kedua Dibantu dr Yuditiya Purwosunu

Dan saat itu tiba, dimana gelombang cinta bernama kontraksi makin intens, suami merasa belum waktunya karena aku masih bisa bercanda, nonton drakor dan menjelaskan mengenai kontraksi bilang gini “Subuh aja lah ke Rumah Sakitnya biar ada gocar, kayaknya kamu masih bisa tahan sakit”.  Tapi tidak berselang lama, jam 11 malam kami siap-siap berangkat, suami gendong Nurani supaya tidur di kamar eyang & uyutnya. Karena mulesnya makin menjadi, tapi beneran masih bisa ku tahan sambil ketawa-tawa. Alhamdulillah dapet Grab Car tengah malem gitu. Aku ganti baju, pake lipstik dan masukin pouch make up ke koper, pak su bawain pouch makeup tanpa ngedumel padahal dia kudu balik ke kamar atas, mau tak suruh ambil skincare segala tapi kok ya ga tau diri aku ya wkwkwkw. 

Jam 11.30an aku akhirnya udah jalan menuju RS Hermina Bekasi, saat itu kepikiran buat ngabarin dokter Yuditiya Purwosunu kalau aku sudah mules. Ternyata di hari itu, beliau sempat SMS aku jam 7 malam tapi baru aku baca pas mau ngabarin kalau aku kontraksi. Beliau menyarankan aku untuk infus zat besi karena feritinku terlampau jauh dari normal namun ku jawab kalau aku sudah mules dan sudah di jalan menuju Hermina. Sekitar jam 12.30 tengah malam, setelah mengurus administrasi singkat aku masuk ke ruang isolasi UGD khusus untuk ibu hamil. Saat itu UGD cukup lumayan ramai, tapi alhamdulillah masih ada ruangan yang khusus.

Aku memberikan informasi terkait kehamilanku kepada dokter jaga di UGD seperti : ini merupakan kehamilan ketiga namun anak kedua dengan riwayat kuratase di kehamilan kedua. Lalu, kondisi feritin yang hanya 2.6 dan belum melakukan tes apapun terkait covid19. Akhirnya dokter jaga mengambil darahku untuk cek feritin dan rapid tes antigen, gak sempat kalau PCR karena hasilnya lama malah bisa ga ditangani. Apalagi setelah dicek pembukaan oleh dokter jaga tadi ternyata aku sudah pembukaan 4 jalan pembukaan 5. Jujur aku ga menyangka kalau sudah pembukaan segitu, aku langsung SMS dokter yuditiya lagi ngabarin kalau udah di UGD dan sudah pembukaan 4.

Setelah itu, aku di CTG, itu lama banget kurang lebih 45-47 menit kalau dilihat dari mesin. Nah pas di CTG itu gelombang cintanya makin terasa, mana ga boleh duduk kan harus tidur, untungnya boleh miring kanan dan kiri. Mana aku sendirian pula pas CTG karena suami beresin administrasi lahiran dan rapid tes. Sampai CTG selesai, pak suami belum balik dong tapi setidaknya aku merasa lega karena boleh duduk dan berdiri. Niatnya mau kontraksi sambil jalan kaki mengingat dulu pas lahiran pertama juga seperti itu eh pas berdiri sama dokter jaga yang tadi itu, aku dipijit bagian pinggang belakang, pas kontraksi pas dipijit itu enaaaaaaaaaaaaaaak banget, mengurangi mulas yang berlebihan terus dia bilang “kayaknya pembukaannya nambah bu, ini udah lumayan kendur pinggangnya”, gitu dong. Setelah suami dateng dan masih ada dokter jaga itu, ku suruh suami belajar pijit pinggang biar pas aku kontraksi lagi suami yang pijitin. Tapi ternyata aku harus dibawa ke ruang bersalin.

Jujur aku mulai agak panik sih, emang secepat ini ya. Sekitar jam 1.20 an, aku masuk ruang bersalin dan cek pembukaan yang kata bidannya sudah pembukaan 5, tapi anehnya itu perlengkapan melahirkan dan tabung observasi bayi sudah dimasukin ke ruangan padahal seingatku dulu pas sudah pembukaan 8 deh. Saat itu mulesku makin parah dan makin panik, aku dibimbing bidan untuk nafas satu-satu ditiup, kalau ga dibimbing aku panik lagi dan bawaannya pengen ngeden. Disitu aku udah keluar lendir dan sedikit kotoran sehingga perlu diganti lagi alas melahirkannya. Pas aku tanya ke suster apakah dokter yuditia sudah datang, katanya sudah dong, padahal masih 1.30. 

Dokter Yuditiya masuk ke ruang bersalin dengan pakaian batik ples muka bantal, LOL,  masih bisa bercanda ke bidan dan suster, nanyain tadi nonton Barcelona ga, hadeeeeh sambil dipakein celemek plastik putih. Terus dia ngecek kondisiku, “gimana mirna cepet ya”, aku bilang iya dok. Terus kakiku dibuka dan dicek “Wah ketubannya belum pecah nih”kata dokter Yudit. Gak pake lama sih dan gak pake alat kayaknya, ketubanku di pecahin, udah tuh anget-anget gimana dulu. 2 kali aku melahirkan, 2 kali ketubanku dipecahin, dulu sama bidan pake alat kayak jarum besar gitu dan kali ini sama dokter yudit hehehe.

Habis itu beliau bilang udah boleh ngeden kalau mules,,, helooooo yang bener aja, ini udah waktunya kah ? aku pesen teh aja belum dikasih tapi ini udah disuruh ngeden. Akhirnya kontraksi itu datang dan aku ngeden seperti sebelumnya yang lebih keras, eh suami teriak “Wah udah keliatan rambutnya mirna, ayo kepalanya udah keluar”, bukannya semangat aku malah shock dan mendadak berhenti ngeden, Waduuuuuuuuh.

Nah kata suami, dokter yudit udah mau siap-siap gunting kayaknya karena dia nyiapin suntikan dan lain-lain tapi gak lama aku bilang kalau mules lagi jadi alatnya ditaruh deh dan beliau nyuruh aku naruh kaki di perutnya, atau kalau ga salah inget kayak mau nginjek perut si dokter yudit deh. Dalam hati, oke mungkin ini saatnya, emang secepet ini kali ya mirna…. Aku ngeden untuk kedua kalinya, suasananya cukup tenang karena aku pengen konsen ngeden,, sempet sih suster ngingetin “ngedennya nunduk bu jangan dongak”, eh beneran pas ngeden sambil nunduk itu si bayi lahir dan dokter Yudit bilang “Udah stop mirna, bayinya udah lahir kok”, gak lama akhirnya Fatimah nangis kenceeeeeeng banget dan jam 1.55 ditetapkan sebagai jam lahir dia.

Suamiku meluk aku bilang hebat, abis gitu dokter yudit nyuntik aku karena mau jahit bekas robekan super alami karena di lahiran sebelumnya aku digunting. Sambil dijahit, bayinya dikasih ke aku untuk Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Belum bisa sih tapi aku tetep tempelin ke dada, lagi pula ini pengalaman IMD pertama karena pas jaman Nurani dulu dia ga nangis jadi harus langsung dipasang selang pernafasan. Setelah beres semua, dokter yudit bilang mau fotoin. Lalu aku bilang, “iya dok aku mau pake lipstik dulu, jiahahaha”. Akhirnya dokter yudit fotoin aku, suami dan fatimah dengan kamera polaroidnya. Sangking senengnya aku lupa ga minta foto bareng dokter yudit. Lah beliau juga langsung keluar ruangan, balik lagi bawain aku teh anget buat aku,“tadi gak sempet minum kan, ini diminum dulu ya mirna”, lalu dokter yudit pamit.

Habis lahiran aku dibersihkan bidan, digantikan baju dan disuruh istirahat alias tidur, tapi entah kenapa aku ga bisa tidur karena perutku ga enak pengen buang air kecil, pas bilang ke bidan katanya udah dipasang alat atau apa gt tapi aku udah terlanjur mau turun kasur dan itu darah jadi ngucur karena belum sejam habis lahiran udah sok sokan turun ranjang. Suami tidur dan aku cuma merem, soalnya beneran ga nyaman. Sempet kram kaki dan pak su yang mijitin. Dan bener dong, aku emang belum dibersihin air kencingnya jadinya dikateter dulu tapi ga sampai pakai selang sih cuma di kuras habis airnya aja.

Jam 5.30an aku dipindahkan ke ruang perawatan dan jam 8 pagi si dedek dianter ke kamar untuk disusuin. Singkatnya semua berjalan baik dan tanggal 31 Jan 2021 atau sehari setelah lahiran, dokter yudit visit dan ujug-ujug nyuruh pulang aja, kalau bisa jangan lama-lama di rumah sakit gitu katanya, padahal si bayi belum screening jadinya nunggu dokter anak dan emang boleh screening setelah pulang jadi ya cuma sehari semalam aku di rumah sakit untuk melahirkan.

Funfact Persalinan Kedua & Ucapan Terima Kasih

  • Sampai aku nulis ini, aku sedikit tidak percaya pada proses melahirkan yang dibilang super cepat dan ekspres dan pervaginam setelah sebelumnya aku sempat berfikir secar karena ada hemoroid yang muncul di trimester ketiga
  • Momen hectic dari jam 12.30 – 1.55 dengan segala kekonyolannya juga ga pernah aku lupakan, kayak sempet-sempetnya aku insta story dulu. Habis lahiran juga instastory lagi. Beneran budak sosmed aku tuh, hadeeeeh
  • Bisa skincare-an dan lipstikan di momen seperti itu, konsennya pas difoto biar ga keliatan pucet hahaha
  • Kalau saja nurutin pak su buat ke RS pas subuh aja, bisa-bisa aku lahiran di rumah kali ya, mana dia sempet candain kalau buat ngilangin mules itu “berhubungan” kali ya, hadeeeeh

Ucapan terima kasih, kepada suami yang udah nemenin aku lahiran lagi dan beneran super selow ga panikan beda sama aku yang kali ini justru panik banget karena ngerasa semua serba cepet, tapi sangking gak paniknya dia terlalu santai. Lalu untuk orang tuaku yang sudah nemenin aku selama hamil. Dan Nurani yang selalu nemenin aku jalan kaki, kamu hebat nak !

Untuk dokter Yuditiya Purwosunu dengan segala perhatian, support, kecepatan dan lain-lain yang udah ga sanggup aku jabarkan lagi sangking baiknya beliau, semoga Allah selalu melimpahkan berkah, kesehatan dan rizky kepada dokter yudit sekeluarga. Kepada dokter jaga yang kalau ga salah namanya Elizabeth, yang udah membantu mijitin aku pas kontraksi sehingga lebih rileks dan ga sakit, thank you so much dok. Dan kepada para bidan dan suster RS Hermina Bekasi.

Last but not least buat para teman-temanku, genk kurcaci, genk sunter cakung bekasi, genk sys dev, genk kantor kmsi, Mba Caca yang udah kirimin makanan dan temen blogger ples follower IG yang support aku di instagram waktu aku instastory melahirkan terima kasih banyak ya, kepada keluarga besar yang udah ucapin dan doain juga. Semoga kita selalu sehat, aamiin

Semoga tulisan ini ada gunanya ya, walaupun keinginannya untuk mengabadikan momen melahirkan.

 

 

 

 

 

 

(23) Comments

  1. halo mba Mirna, selamat ya atas lahiran anak kedua. Semoga slalu sehat ibu dan anaknya. Alhamdulillah juga semuanya berjalan lancar dan bersyukur ada dokter dokter yang perhatian banget

  2. Alhamdulillah ya mbak proses persalinannya lancar.

    Padahal banyak drama dan masalah di kehamilan.

  3. Wah, selamat ya mbak Mirna atas kelahiran anak keduanya. Semoga bayi dan mamahnya sehat2 terus, barakallah yach. Baca ceritanya sungguh mengharukan. Jadi teringat zaman aku dulu melahirkan hehehe 🙂

  4. Alhamdulillah ya, si kecil lahir secara normal dan lancar.
    Senang deh baca artikel seperti ini, mulai dari proses awal hingga akhir yang happy ending.

    Selamat ya sayang, tatas kelahiran putri ke-2nya. Semoga jadi anak yang sholehah dan selalu membanggakan bagi keluarga.

  5. Alhamdulillah..selamat ya atas kelahiran anak keduanya ya.. Semoga sehat selalu.. dan menjadi anak yang saleh/saleha ya,,,

  6. Masya Allah kelahiran anak kedua sempet2nya mau di foto bilang pak docter “Saya mau pake lipstick dulu” oalaaah… pasti anaknya kl cewek cantik n kl cowok pasti guanteng.

  7. selamat untuk kelahiran anak keduanya dengan proses yang maasyaallah luarbiasa menyenangkan dan cepat sampai masih sempat update di insta story heheh, sehat-sehat selalu buat ibu dan baby

  8. Masya Allah… Selamat ya mak, semoga si kecil selalu sehat, menjadi anak kebanggaan orangtua. Senang sekali baca ceritanya.

  9. Selamat, ya! Semoga sehat selalu untuk di kecil.

    Ini RS Hermina Bekasi Barat? RS sakit favorit saya waktu masih tinggal di Bekasi. Suka banget dengan pelayanannya 😀

  10. Selamat ya mbak atas kelahiran anak keduanya. Btw saya jadi ingat dulu juga pas lahiran anak pertama ya ampun rasanya mules dari malem sampai pagi. 😅

  11. wah selamat ya mbak, atas kelahiran anak keduanya
    sehat terus ibu dan bayinya
    memang lebih menantang ya melahirkan saat pandemi, syukurlah semua bisa dilalui dgn baik

  12. Mirna dan suami, selamat ya atas kelahiran anandanya. Semoga sehat semua, dan menjadi anak yang memuliakan orang tua dan keluarga.
    Aku terharu banget baca ceritanya yang runtut, campur juga sih dengan ngikik sendiri. Dokternya baik banget, suami juga menurut aja waktu diminta masukin pouch kosmetik. Untung aja nggak ngambil skinker, keburu lahir si dedek, hihii

  13. Samaaa bangett, aku pas lahiran kedua juga ngga tau kalau mulesnya itu mau lahiran. Hihihi. Selamaat atas kelahiran anak kedua ya, Mbaak. Sehat2 selaluu.

  14. Wah, selamat ya mba atas kelahiran anak keduanya. Aku ikut bahagia n senyum2 bacanya. Btw, waktu aku mau operasi sc kemarin saking kikuk n gugupnya paginya mandi n skincarean plus pake lipbalm. Dan diketawain perawatnya katanya baru kali ini liat bumil mau operasi segar banget. Padahal membuang muka gugup aja. 🤣

  15. Selamat atas kelahiran bayinya mbak, sehat selalu semuanya. Proses melahirkan memang punya kesan dan cerita sendiri² 😁

  16. Aprillia Ekasari says:

    Kepoh sama foto di atas yg ada ucapan “thank you so much” yang megang bayinya siapa? Kok santai banget. Dokternya kah? hehe
    Selamat sudah jd ibu dua anak, jdgmn rasanya?
    Senengnya bisa mendokumentasikan proses kelahiran anak di blog yaaa

  17. Kocaaak. Masih semet drakoran, skincare+lisptikan dan nungguin teh segala. Alhamdulillah prosesnya lancar dan dokternya super ready. Sehat selalu dirimu sama Fatimah ya, Mak

  18. MashaAllah..
    Barakallahu fiikum, kak Mirna dan keluarga.

    Aku ikut bungah rasanya…karena melahirkannya lancar, sehat semua. Semoga ananda tumbuh dengan sehat dan menjadi anak sholiha.

    Dokternya sabar yaah..

  19. Alhamdulilah selamat ya mba btw di hermina bekasi ya mba begitu cepatnya prosesnya btw itu dr yudit familiar deh aju sering liat wajahnya kyk terkenal ya dokternya ld percaya sama.blio

  20. Tiap kehamilan dan kelahiran pasti punya cerita unik masing-masing. Alhamdulillah bisa lancar melahirkan, ibu dan bayinya sehat, jadi bisa segera pulang di RS.

    Keren lo, kontraksi masih bisa dandan. Hihi

  21. Ikut seneng sekaligus deg-degan baca kisah melahirkan ini, Mirna. Jadi ingat pertama kali melahirkan dulu, maunya pas nunggu waktu melahirkan, ya jalan-jalan aja gitu. Eeehh ternyata rasanya luar biasa loh kontraksi itu. Bener, enak banget dipijat di pinggang. dulu kakak perempuanku yang memijat pinggangku sepanjang malam hingga dini hari. Sama nih dengan anak pertamaku, lahirnya ya jelang jam 2 pagi gitu.

  22. Sapti nurul hidayati says:

    Wah, selamat mbak…ikut deg2an bacanya. Untung dilancarkan semuanya ya…kalau ibarat cerita, hepi ending. ..hihi ..

  23. […] seperti itu. Tapi alhamdulillah, jerawat super ganas itu akhirnya terhempas, ya karena sudah melahirkan juga sih sehingga hormon kembali normal, secara pada dasarnya kulitku bukan tipe acne prone makanya […]

Leave a Reply

%d bloggers like this: