Assalamualaikum readers, apa kabar?
Pertanyaan yang semenjak pulang dari Banyumas mulai menggelayutiku, sebenarnya kemarin-kemarin aku pun sudah pernah berfikir tentang ini. Tentang masa tua, tentang masa pensiun yang entah akan diberikan Tuhan atau tidak. Tapi aku berharap demikian, masih bisa menikmati kehidupan diusia renta.
Mungkin masih jauh 20 – 30 tahun lagi aku akan memasuki masa pensiun mengingat mayoritas di Indonesia menetapkan usia pensiun di atas 54 tahun. Jadi memang masih panjang perjalanan yang bakal aku tempuh. Dunia mungkin akan berbeda 180 derajat atau bisa jadi berubah namun kembali pada masanya nanti, seperti roda yang terus berputar, ada yang berubah dan ada yang sama saja.
Kemarin aku sempat ke Banyumas selama beberapa hari. Lumayan untuk menghilangkan kepenatan sekalian mengantar adik yang bakal kuliah di Unsoed Purwokerto. Memang semua Qadarullah, dulu gak ada yang mau tinggal di Banyumas soalnya katanya “desa” banget “Nggunung” banget (ya iyalah wong dibawah kaki Gunung Selamet), tapi lah ko Allah punya kehendak lain ketika adik diterima SNMPTN di Purwokerto yang kalau dihitung jaraknya dari rumah sekitar 30 menit karena disana gak ada macet sama sekali. Mau gak mau ya tinggal di rumah Banyumas.
Sebenarnya semenjak menikah dengan suami yang nyatanya berdarah campuran Sunda Jawa yaitu Serang dan Banyumas, aku lebih mudah berbaur dengan keluarga di Banyumas yang jumlahnya segambreng. Bisa dibilang satu desa tuh masih saudara dari si ini si itu. Pertama kali kesana sekitar Maret 2016 berbekal keinginan suami untuk mengelola tanah almarhum ayahnya yang terbengkalai. Suami ingin menjadikannya kebun durian. Itu awalnya. Tapi seiring berjalannya waktu, akhirnya kami juga menanam jambu air madu deli karena durian masa tanamnya cukup lama yaitu sekitar 5 tahun sedangkan jambu hanya 1 tahun lebih.
Pertama kali ke Banyumas bisa dikatakan sebagai honeymoon preneur *halah. Soalnya sembari menggarap kebun sembari jalan-jalan soalnya kita masih pengantin baru juga waktu itu (3 bulan menikah). Kami menghabiskan seminggu full di Banyumas dan main-main disana. Kami ke Baturraden, Kebun Raya Banyumas dan Pancuran 7 yang jauhnya amit-amit bikin kaki nyut-nyutan tapi ternyata pas sampe sana kok isinya Oppa Oppa dan Eonni semua. Oppa yang kumaksud bukan kakek-kakek ya. Tapi mamas ganteng dari Korea yang tiap weekend pijat belerang di Pancuran 7 Banyumas. Ko bisa banyak orang Korea ? Ya mereka datang dari Purbalingga. Di sana terdapat perusahaan Korea yang memproduksi rambut palsu, bulu mata, dan olahan rambut lainnya.
Lalu aku ke Banyumas lagi awal tahun ini, sekitar bulan Februari 2017 alias sebulan sebelum aku akhirnya hamil juga. Meski cuma 2 hari disana tapi cukup puas karena lebih banyak jalan-jalannya. Sebenarnya tujuan utama kami ke Banyumas adalah datang ke walimahan teman dekat, jadi sekalian aja nengok kebun, rumah dan jalan-jalan. Kami mampir ke Masjid Agung Banyumas yang bangunannya lebih mirip keraton daripada masjid, makan sop durian, mandi di sungai (aku gak ikut sih ini), main ke Curug Telu, main ke Curug Pelangi, dan ke Small World Banyumas. Cerita lengkapnya ada sudah pernah aku tulis di postingan “2 hari di Banyumas Ngapain aja?”
Dan yang terbaru aku kesana pas 17 Agustus lalu, disaat usia kandungan 25 week, lagi sehat-sehatnya, Alhamdulillah. Ya walaupun gak kemana-mana cuma ke kebun, rumah, gitu aja palingan hari terakhir disempetin ke Baturraden dan makan di Curug Telu tapi seneng. Aku lebih banyak waktu diem dirumah soalnya nemenin mama mertua yang ikut juga kali ini. Disana rasanya tenang, damai, enak aja bawaannya. Hawanya juga dingin, sejuk, dan gak banyak polusi. Terus disana ada peternakan sapi perah jadi tiap hari aku minum susu sapi segar dibeliin suami yang nikmatnya juara banget. Mau masak sayur banyak pilihan dan segar. Butuh daun bawang buat mendoan tinggal petik di pekarangan, butuh seledri, cabe rawit tinggal ambil. Bahagia !!!
Pas balik ke Jakarta naik kereta lah kok kepikiran. Ada yang berat gitu dihatiku. Aku kenal Banyumas memang baru ketimbang kota kelahiranku Surabaya dan kota perantauanku Jakarta. Tapi rasanya aku jatuh cinta. Dulu pas di Jakarta pengennya cepet-cepet pulang ke Surabaya, tapi seiring berjalannya waktu, seiring perkembangan zaman Surabaya udah maju pesat banget, bahkan di kawasan rumahku yang pinggiran aja udah masuk wilayah Gresik pinggiran juga banyak dijumpai Apartemen dan lainnya. Kayaknya sudah penuh gitu sih kayak Jakarta ga jauh beda. Ya walaupun tetep ngangenin makanannya dan orang-orangnya secara keluarga besarku ada di sana semua.
Tapi kalo ditanya balik apakah aku mau menetap di Banyumas, aku juga belum siap kalo sekarang. Ya gimana aku masih realistis dan masih pengen kerja kantoran di ibukota. Nah tapi kalo masa pensiun mungkin beda lagi. Di masa itu aku benar-benar ingin menikmati lingkungan yang tenang. Jadi terlitas dipikiranku untuk ingin menghabiskan masa tua di Banyumas. Mungkin Surabaya, Jakarta, atau Tangerang menjadi kota yang akan aku tinggali saat ini, sedangka Banyumas menjadi kota untuk melepas segala kepenatan kehidupan baik sekarang atau nanti. Ya Allahu alam sih nanti bakalan kemana juga, semoga Allah memilihkan tempat dibumiNya yang terindah untuk kita semua tinggali. Aamiin
Kalau kamu pengen menghabiskan masa tua dimana???
Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarrakatu