Motherhood, Parenting

Menuju Indonesia Sehat dengan Rajin ke Posyandu dan Perlindungan Imunisasi Tepat Waktu

Halo dear, Assalamualaikum. Sebagai ibu aku selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk anak, apalagi aku termasuk orang yang diberikan waktu tunggu dari Allah hingga akhirnya bisa hamil dan melahirkan si kecil Nurani. Makanya aku berupaya agar dia bisa tumbuh dengan baik, sehat dan kuat. Apalagi ditengah maraknya kasus stunting dan beredarnya penyakit menular yang bisa mengganggu kesehatan anak. Makanya pas berat badan Nurani sempat stag gak naik-naik selama 2 bulan tuh sedih banget, udah aja 5,7 kg pas bulan ke 4 dan 5 baru naik dibulan ke 6 di angka 6 kg pas. Sedih rasanya mengingat kenaikan berat badan anak dibawah 1 tahun kan seharusnya lagi bagus-bagusnya. Sempat menyalahkan diri sendiri akibat menjadi ibu bekerja dan mulai berfikiran yang engga-engga apalagi pas lagi nonton iklan stunting di televisi.

Mengenal Apa itu Stunting

sumber ; http://sehatnegeriku.kemkes.go.id

Bagi sebagian orang mungkin tidak mengerti apa sebenarnya stunting itu, termasuk aku yang tahunya dipicu melalui iklan televisi. Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.

Setelah dipelajari ternyata stunting bukan sekedar tinggi badan yang tidak sesuai, kerdil hanya menjadi salah satu akibat dari kurang gizi yang juga berakibat pada tidak berkembangnya kemampuan otak anak karena gagal tumbuh. Masalah ini menjadi ancaman masyarakat saat ini mengingat 29,6% anak di Indonesia mengalami stunting berdasarkan Pemantauan Status Gizi (PSG) pada 2017. Padahal Badan Kesehatan Dunia (WHO) memiliki standar jumlah anak stunting suatu negara tidak lebih dari 20%. Di Indonesia hanya ada 2 dari 34 provinsi yang memiliki presentasi stunting dibawah WHO yaitu Yogyakarta 19,8% dan Bali 19,1%.

Menurutku, ini akibat dari kurangnya kesadaran masyarakat atau tidak ada edukasi yang mumpuni untuk mencari tahu tentang tumbuh kembang anak. Karena kondisi tubuh anak yang pendek lebih sering dikaitkan dengan faktor keturunan (genetik) kedua orangtuanya, sehingga masyarakat lebih banyak menerima keadaan tanpa berbuat apa-apa. Ya itu tadi karena mereka belum mengerti. Padahal genetik merupakan faktor penentu terkecil pada tumbuh kembang anak bila dibandingkan dari fator perilaku yang dalam hal ini pola asuh, lingkungan yang meliputi keadaan sosial, ekonomi, dan budaya, serta pelayanan kesehatan yang diterima. Jadi dengan kata lain, stunting itu bisa dicegah.

Cegah Stunting Sedini Mungkin

Seperti yang sudah dijelaskan kalau stunting itu bukan cuma masalah anak kerdil ya tapi juga erat dengan pertumbuhan otak. Padahal anak merupakan masa depan bangsa yang harus memiliki kemampuan itelektual yang baik untuk mampu bersaing di dunia global untuk itu perlu penanganan yang lebih maksimal untuk mengatasi hal ini.

Kampanye pentingnya 1000 hari pertama kehidupan anak bukan main-main karena pada masa kehamilan hingga anak mencapai usia 2 tahun merupakan periode perkembangan terpenting dimana semua organ dan kemampuan berkembang dengan pesat. Untuk itu nutrisi yang dimiliki haruslah tercukupi. Asupan gizi harus menjadi konsentrasi bagi ibu hamil dan memberikan ASI Ekslusif selama 6 bulan setelah anak dilahirkan yang dilanjutkan dengan pemberian Makanan Pendukung ASI (MPASI) sesuai standar WHO serta menu gizi seimbang.

Nah, sejak kasus Nurani yang berat badannya stag diangka yang sama aku semakin getol memantau tumbuh kembangnya, memperbaiki pola makannya dan mengatur asupan nutrisi yang sesuai, berikut aktifitas yang sudah aku lakukan kemarin :

Menambah Jumlah Frekuensi Menyusui

Jika pertumbuhan anak bermasalah ketika usianya masih dibawah 6 bulan maka menambahkan frekuensi menyusui merupakan solusi. Kebetulan aku seorang ibu bekerja dimana saat siang hari tidak berada diruma, untuk itu aku memberikan ASI Perah (ASIP) yang sudah aku pompa. Jadi ketika berat badan Nurani stag saat perjalan usia 4 bulan ke 5 aku menambah 1 botol dari jumlah sebelumnya. Beruntung jarak kantor dan rumah yang dekat sehingga aku bisa menyusui di pagi hari.

Mengatur Pola Tidur Anak

Ternyata pola tidur itu berkaitan dengan penyerapan nutrisi dengan baik, pola tidur anak yang kurang membuat asupan gizi yang seharusnya terserap ke dalam tubuh tidak dapat dilkakukan. Untuk itu usahakan anak bisa tidur lelap pada malam hari setidaknya 6-8 jam. Untuk tidur siang bisa diatur agar sesuai dengan aktifitas anak, yang jelas dia perlu waktu istirahat agar nutrinya terserap.

Memberikan MPASI Bernutrisi

MPASI sebaiknya memiliki kandungan yang tinggi akan protein dan zat besi, mengingat kedua memiliki fungsi dalam pembangunan dan perkembangan sel sehingga dibutuhkan oleh anak. Semenjak memasuki masa MPASI maka asupannya makin dikondisikan, dokter spesialis anak yang biasa menangani Nurani tak henti-hentinya mengingatkan untuk memperbanyak asupan daging dengan takaran 5-4 kali semingu dan ikan 2-3 kali seminggu dalam menu makan anak. Serat yang didapat dari sayur tidak boleh berlebihan mengingat serat sulit dicerna bagi anak, untuk itu sayur berfungsi sebagai pelengkap dan buah ditambah sebagai camilan anak. Tekstur buburnya usahakan kental jangan terlalu encer.

Memeriksakan Perkembangan Anak di Fasilitas Kesehatan

Yup memeriksakan anak di fasilitas kesehatan yang tersedia sangat berguna bagi pencatatan perkembangannya apakan sudah sesuai atau belum. Beruntung bagiku yang memiliki kesempatan untuk bisa ke dokter spesialis anak di rumah sakit, meski begitu aku juga sering mengikuti posyandu yang biasa diadakan di balai RW. Hal ini untuk mengontrol tumbuh kembang anak secara cepat dan dekat. Jadi kontrol bulanan baik di posyandu maupun di dokter memang diperlukan agar memastikan pertumbuhan anak sesuai di usianya.

Memberi Tambahan Suplemen Zat Besi

Kebetulan Nurani mendapakan resep zat besi saat usia 4 bulan, sebagai ibu baru yang belum ngerti,  awalnya aku menolak karena pengen saklek memberikan ASI Ekskulis selama 6 bulan anti kalau ada penambahan minuman atau makanan lain diluar ASI. Tapi setelah diberi penjelasan dokter aku pun menebus tambahan zat besi itu dan setelah mencari tahu akhirnya aku pun memberikannya. Ternyata penambahan suplemen zat besi itu demi kebaikan tumbuh kembang yang lebih baik, meski ASI memiliki kandungan zat besi namun jika tidak sesuai kebutuhan anak maka perlu ditambahkan, apalagi bagi bayi yang berat badannya stag maka zat besi bisa menjadi solusi. Bisa dibilang zat besi juga sebagai pencegah stunting karena anak kekurangan zat besi berpengaruh pada pertumbuhannya, termasuk pertumbuhan otak yang dibarengi dengan kecerdasannya. Untuk itu aku memberikan zat besi tambahan untuk Nurani sejak 4 bulan hingga saat ini.

Menjaga Kesehatan Anak

Anak sangat rentang terhadap serangan penyakit hal ini berpengaruh juga terhadap tumbuh kembangnya, untuk itu perlunya imunisasi untuk mencegah terjangkitnya penyakit menular yang biasa menyerang anak. Jangankan anak sakit, anak yang sehat saja perlu usaha untuk menjaga tumbuh kembangnya dengan baik apalagi sakit. Maka dari itu imunisasi berguna untuk membentengi kesehatan anak.

Perlindungan Imunisasi

Imunisasi sejatinya merupakan upaya orang tua untuk memenuhi hak anak sebagai langkah pencegahan dari hal-hal yang mengancam keberlangsungan hidup anak yang berpengaruh pada tumbuh kembangnya. Secara praktiknya imunisasi merupakan pemberian vaksin  kepada anak sehingga anak memiliki daya tahan tubuh (imunitas) atau kekebalan terhadap penyakit tersebut. Suntikan vaksin mungkin akan memberikan rasa sakit pada anak dan beberapa akan mengakibatkan naiknya suhu badan anak, tapi itu artinya vaksin sudah masuk ke dalam antibodi anak sehingga ketika penyakit menyerang, antibodi anak sudah bisa melawan.

Indonesia termasuk yang konsen terhadap pentingnya imunisasi pada anak, berbagai institusi mengawasi program imunisasi, antara lain Badan POM (pengawasan obat dan makanan), Litbangkes, Subdit Surveilans dan Epidemiologi Kementerian Kesehatan, Indonesia Technical Advisory Group for Immunization (ITAGI), Komnas/Komda Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia, badan penelitian di Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kesehatan Masyarakat di beberapa Universitas di Indonesia. Hal ini untuk mencegah terjadinya wabah penyakit di Indonesia.

Untuk itu terdapat jenis imunisasi wajib untuk bayi di Indonesia yang disediakan secara gratis di fasilitas kesehatan masyarakat seperti Posyandu, Puskesmas, dan Rumah Sakit. Jenis imunisasi tersebut adalah:

1. Hepatitis B, Vaksin ini diberikan saat bayi baru lahir, paling baik diberikan sebelum waktu 12 jam setelah bayi lahir dan didahului dengan pemberian vitamin K, minimal 30 menit sebelumnya. Vaksin ini berfungsi untuk mencegah penularan hepatitis B dari ibu ke anak saat proses kelahiran.

2. Polio, Vaksin polio diberikan sebanyak 4 kali sebelum bayi berusia 6 bulan. Vaksin ini bisa diberikan pada saat lahir, kemudian pada usia 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan. Vaksin ini diberikan untuk mencegah lumpuh layu.

3. BCG, BCG hanya diberikan sebanyak 1 kali dan disarankan pemberiannya sebelum bayi berusia 3 bulan. Paling baik diberikan saat bayi berusia 2 bulan. Vaksin BCG ini berfungsi untuk mencegah kuman tuberkulosis yang dapat menyerang paru-paru dan selaput otak, yang berakibat pada kecacatan bahkan kematian.

4. Campak, Vaksin campak diberikan sebanyak 2 kali, yaitu pada usia 9 bulan dan 24 bulan. Namun, vaksin campak kedua pada usia 24 bulan tidak perlu lagi diberikan ketika anak sudah mendapatkan vaksin MMR pada usia 15 bulan. Vaksin ini diberikan untuk mencegah penyakit campak berat yang dapat menyebabkan pneumonia (radang paru), diare, dan bahkan bisa menyerang otak.

5. Pentavalen (DPT-HB-HiB), Pentavalen merupakan vaksin gabungan dari vaksin DPT (difteri, pertusis, tetanus), vaksin HB (Hepatitis B), dan vaksin HiB (haemophilus influenza tipe B). Vaksin ini diberikan untuk mencegah 6 penyakit sekaligus, yaitu difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, pneumonia, dan meningitis (radang otak). Vaksin ini diberikan sebanyak 4 kali, yaitu pada usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, dan 18 bulan.

Semua jenis imuniasi wajib di atas harus  diberikan secara lengkap sebelum anak berusia 1 tahun. Selain itu,terdapat 1 vaksin gratis tambahan dari pemerintah yang saat ini sedang dikampanyekan yaitu imunisasi Measles Rubellla (MR). Program Kementrian Kesehatan ini dicanangkan sejak Agustus 2017 hingga September 2018 yang diperpanjang hingga Oktober 2018 yang diresmikan oleh Presiden Joko Widodo. Imunisasi ini bertujuan untuk meredam peningkatan anak yang mengidap penyakit campak dan rubella mengingat semakin banyak anak yang terjangkit campak rubella yang merupakan penyakit akibat virus yang tertular melalui sistem pernafasan yang mengakibatkan ruam pada anak. Virus ini jika tertular ke ibu hamil akan lebih bahaya karena bisa berdampak buruk pada janin yang menyebabkan kecatatan sejak dilahirkan.

Selain itu juga terdapat jenis vaksin tambahan yang dapat diberikan kepada anak sesuai rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) , yaitu:

  • Pneumokokus (PCV), dapat diberikan pada anak usia 7-12 bulan sebanyak 2 kali dengan interval 2 bulan. Bila diberikan pada anak usia di atas 2 tahun, PCV cukup diberikan sebanyak 1 kali. Vaksin ini berfungsi untuk melindungi tubuh dari bakteri pneumokokus yang dapat menyebabkan pneumonia, meningitis, dan infeksi telinga.
  • Varisela, diberikan setelah anak berusia 12 bulan, paling baik diberikan sebelum anak masuk sekolah dasar. Vaksin ini berfungsi untuk mencegah anak dari cacar air.
  • Influenza, diberikan pada anak minimal usia 6 bulan, dan diulang setiap tahun.
  • Hepatitis A, dapat mulai diberikan saat anak berusia 2 tahun. Berikan sebanyak 2 kali dengan interval 6-12 bulan.
  • HPV (human papiloma virus), dapat mulai diberikan saat anak sudah berusia 10 tahun. Vaksin ini melindungi tubuh dari human papiloma virus yang dapat menyebabkan kanker mulut rahim.

Rajin ke Posyandu dan Imunisasi Tepat Waktu

Tumbuh kembang anak itu memang suatu hal yang kadang bikin kita deg degan apalagi kalau anak kita terlihat segitu-segitu saja, kurus, beda dengan anak yang montok nan menggemaskan. Pengetahuan tentang kesehatan anak baiknya dimiliki sejak sebelum menikah, kebetulan akau pernah posting ilmu apa saja yang perlu dipelajari sebelum menikah di blog ini. Sehingga kita tidak gagap ketika sudah menjadi orang tua.

Tapi meski sudah punya bekal kadang kita perlu memastikan hal tersebut dengan yang ahli, salah satunya sering datang ke Posyandu, toh ini merupakan program dan pemerintah, lebih dekat dengan keberadaan kita, dan tetntunya murah tapi gak murahan. Saat-saat pertumbuhan Nurani harus lebih dicermati lagi kemarin, aku tidak melewatkan waktu untuk ke Posyandu karena pertumbuhannya bisa dipantau dan di konsultasikan kepada petugas kesehatan dari puskesmas berat badan, tinggi badan dan lingkar kepalanya diukur, bahkan kemarin Nurani juga mendapatkan vitamin A tetes di posyandu.

Selain itu perlindungan imunisasi juga sangat dibutuhkan agar anak sehat terhindar daripenyakit tertular, hal ini agar tidak menganggu tumbuh kembangnya untuk itu anak harus memiliki daya tahan tubuh yang baik. Kebetulan untuk urusan imunisasi aku memilikih ke rumah sakit sekalian pengecekan kondisi anak lebih mendalam lagi. Toh untuk imunisasi wajib dari pemerintah tetap gratis.

Selain mengecek imunisasi apa saja yang harus diberikan kepada anak, cek pula jadwal pemberiannya agar imunisasi diberikan di waktu yang tepat. Terdapat 2 jenis waktu yaitu waktu pertama dan waktu pengulangan yang berkaitan dengan periode penambahan ulang dan booster vaksin yang masuk ke dalam tubuh, makanya jangan sampai terlambat, usahakan selalu tepat waktu.

Menuju Indonesia sehat tentu berawal dari lingkup keluarga dengan anak-anak yang sehat. Dengan pergi ke posyandu dan imunisasi tepat waktu, anak akan tumbuh sehat dan terpantau dengan baik tumbuh kembangnya sesuai usia yang seharusnya.

Semoga bermanfaat. sehat-sehat selalu !

Wassalamualaikum.

 

Referensi dan artikel terkait :

Pentingnya Imunisasi Untuk Mencegah Wabah, Sakit Berat, Cacat dan Kematian Bayi-Balita

 

Cegah Stunting dengan Perbaikan Pola Makan, Pola Asuh dan Sanitasi

Penurunan Stunting Jadi Fokus Pemerintah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *