Opinion

Emang Boleh Se Ambis itu?

Mendadak jadi refleksi gara-gara nonton Clash of Champions (COC), reality show dari Ruangguru yang menampilkan anak-anak muda berprestasi dari seluruh Indonesia. Mereka nggak cuma jago akademik, tapi juga aktif organisasi, punya project sosial, pernah juara olimpiade nasional atau internasional, bahkan ada yang bikin startup dari bangku SMA. Jujur aja, nontonnya bikin campur aduk: kagum, terinspirasi, tapi juga… sedikit overthinking “Emang boleh ya se ambis itu?”, hahaha.

Kenapa aku ngerasa lelah duluan cuma ngelihat pencapaian mereka? Tapi setelah kupikir-pikir, mungkin bukan karena iri. Tapi karena aku belum sepenuhnya berdamai dengan kata ambisi. Karena toh pada jamannya dulu aku pernah dikata ambis, bahkan pas udah jadi ibu pun aku pernah dapat kalimat seperti “Kerja emang ngejar apa?”

Kita hidup di lingkungan yang kadang menganggap ambisius itu egois, sok sibuk, atau bahkan nggak realistis. Padahal, kalau dipahami dengan benar, ambisi bisa jadi sesuatu yang sangat sehat bahkan dalam pandangan Islam sekalipun.

Menurutku anak-anak COC bukan cuma cerdas. Mereka punya GRIT. Dan mungkin kita semua juga bisa belajar tentang ambisi sejati dari sana. Well, sudah lama aku ga menulis tentang oponiku tentang sesuatu. So, kali ini aku mau bahas tentang Ambis.

Apa sih Ambis itu?

Secara umum, ambisi adalah keinginan kuat untuk mencapai sesuatu. Bisa berupa karier, prestasi akademik, mimpi pribadi, atau bentuk kontribusi sosial. Tapi sayangnya, kata “ambisius” seringkali punya konotasi negatif.

Orang yang ambisius dibilang terlalu ngoyo, lupa istirahat, dan hidupnya hanya soal pencapaian. Padahal, justru karena ambisi-lah kita bangun pagi, tetap semangat di tengah tekanan, dan berani bilang “aku bisa lebih baik dari ini.”

Ambisi bukan tentang mengalahkan orang lain. Tapi tentang mengalahkan rasa malas, ragu, dan takut dalam diri sendiri.Ambisi juga bukan berarti ingin semua hal sekaligus. Justru ambisi sejati adalah soal fokus pada tujuan yang bermakna, dan bertahan menjalaninya dalam waktu yang panjang.

Di titik ini, aku mulai mengenal konsep yang disebut GRIT.

Ambisi yang Konsisten, Bukan Sekadar Impulsif

Angela Duckworth, seorang psikolog dari Amerika, memperkenalkan konsep GRIT lewat bukunya yang berjudul “Grit: The Power of Passion and Perseverance”. Ia menyimpulkan bahwa kesuksesan lebih ditentukan oleh kegigihan dan konsistensi jangka panjang, daripada sekadar kecerdasan atau bakat.

Menurutnya, GRIT adalah kombinasi dari:

Passion itu hasrat mendalam terhadap sesuatu yang penting buat kita

Sedangkan Perseverance merupakan kegigihan dan daya tahan untuk terus bergerak meski ada rintangan

Duckworth bilang:

Grit is passion and perseverance for very long-term goals. Grit is having stamina.


Dengan kata lain, GRIT itu tentang ambisi yang tahan banting. Bukan yang cepat naik lalu cepat juga tumbangnya. Tapi yang sabar, konsisten, dan nggak goyah walau progress-nya lambat.

Dan kalau kita perhatikan, anak-anak COC punya GRIT yang kuat. Mereka tetap belajar saat teman lain main. Mereka bangun lebih pagi, ikut lebih banyak lomba, dan menolak menyerah saat gagal.

Ambisi Sehat Itu Seperti Apa?

Setelah banyak trial and error (dan drama juga tentunya), aku mulai belajar membedakan antara ambisi sehat dan ambisi beracun.

Ambisi sehat:

  • Punya tujuan jangka panjang yang jelas
  • Fokus dan tahu prioritas
  • Tidak tergoda untuk membandingkan diri
  • Mau belajar dari kegagalan
  • Tetap jaga kesehatan fisik, mental, dan hubungan sosial

Ambisi beracun:

  • Ingin segalanya serba cepat dan instan
  • Terobsesi membuktikan diri ke orang lain
  • Tidak tahu kapan harus berhenti atau istirahat
  • Menghalalkan segala cara demi pencapaian
  • Merasa rendah diri kalau belum berhasil

Kunci dari ambisi sehat itu bukan hanya “seberapa besar keinginanmu,” tapi juga “seberapa konsisten kamu menjalaninya dengan niat yang baik.”

Dalam Islam Boleh Nggak Sih Ambis?

Apakah ambisi bertabrakan dengan ajaran Islam?
Jawabannya: enggak. Bahkan sangat dianjurkan.

Allah Swt. justru memerintahkan kita untuk:
“Berlomba-lombalah dalam kebaikan.” (QS. Al-Baqarah: 148)

Juga dalam QS. Al-Qashash: 77:
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi…”

Artinya, mengejar dunia bukan dosa asal niatnya lillah dan tidak melupakan akhirat. Islam sangat menghargai kerja keras, ketekunan, dan visi hidup yang besar.

Rasulullah ﷺ sendiri adalah sosok dengan ambisi mulia: menyebarkan Islam ke seluruh penjuru dunia. Tapi beliau tetap lembut, sabar, dan adil.

Para sahabat juga tak kalah ambisius. Umar bin Khattab ingin menjadikan Islam sebagai peradaban unggul. Utsman bin Affan ambisius dalam berdonasi besar-besaran. Aisyah RA gigih menjadi penghafal dan penyebar hadits.

So, Islam tidak pernah melarang ambisi. Yang dilarang adalah ambisi yang menyesatkan, yang melupakan Allah, atau merugikan orang lain.

Dalam Islam Boleh Nggak Sih Ambis?

Ambisi yang sehat dan berkah itu ibarat api unggun. Kalau dijaga, dia menghangatkan dan menerangi. Tapi kalau dibiarkan tanpa kontrol, dia bisa membakar segalanya.

Berikut caraku menjaga ambisi tetap di jalur yang benar:

1. Mulai dari niat.
Tanyakan ke diri sendiri: “Kenapa aku pengen ini?” Kalau jawabannya karena Allah, karena ingin bermanfaat, atau karena ingin berkembang… maka kamu sudah di jalan yang benar.

2. Pecah tujuan besar jadi langkah kecil.
Alih-alih bilang “aku mau sukses ngeblog” lebih baik bilang “aku mau menulis 500 kata per hari untuk skripsi.”

3. Berani istirahat tanpa merasa gagal.
Break itu bukan berhenti. Tapi bagian dari proses supaya kita bisa lanjut lagi dengan lebih waras.

4. Jangan bandingkan prosesmu dengan orang lain.
Kamu nggak tahu berapa kali mereka jatuh sebelum sampai di titik itu.

5. Doa dan tawakal.
Seambis apapun kita, hasil akhirnya tetap milik Allah. Yang penting ikhtiar kita maksimal dan tidak melanggar nilai.

Jadi, Gimana? Emang Boleh Se Ambis Itu?
Iya. Boleh banget.

Selama kamu tahu apa yang kamu kejar, tahu untuk siapa kamu melangkah, dan tahu kapan harus berhenti sejenak untuk bersyukur. So, kamu tidak sedang “terlalu ambis.” Kamu sedang menjalani hidup dengan kesadaran dan tujuan.

Aku percaya:

Ambisi adalah bentuk rasa syukur karena kita masih diberi semangat untuk tumbuh.

Dan aku juga percaya:

Kita bisa jadi perempuan yang lembut tapi kuat, realistis tapi tetap bermimpi, tenang tapi penuh api.

Kalau kamu merasa sedang “terlalu ambis” aku doakan semoga ambisimu berkah dan menjadi Lillah. Semoga kamu tetap sehat, tetap semangat, dan tetap ingat bahwa perjuangan ini bukan tanpa arti. Huhuhu.

Ganbatte^^.

Leave a Reply